Contemporary Issues, On Football

Construction of Southeast Asia in AFF Cup 2010

Sebagai seorang peneliti Asia Tenggara, melihat sepak bola pun bisa kepikiran riset yang sedang dikerjakan. Ahaha. Sengsara sekali hidup saya sepertinya. Tapi intinya, saat ini saya sedang sibuk mengamati bagaimana pembangunan regionalisme di Asia Tenggara terutama yang dicanangkan oleh ASEAN, bagaimana aktor lain baik sosial dan ekonomi turut membangun konstruksi Asia Tenggara ini dan bagaimana kondisi konstruksi Asia Tenggara saat ini. Dalam kasus kita ini, bagaimana konstruksi Asia Tenggara terlihat dalam ajang pertadingan Piala AFF 2010.

Mulanya pemikiran saya ini muncul ketika saya mendengar pengumuman tentang pertandingan Indonesia vs Malaysia di radio dan merasa aneh dengan nama ‘Piala Suzuki 2010’. Ha?Piala Suzuki?Itu pertandingan yang mana ya?kok kayaknya nggak pernah dengar? Teman saya malah langsung menyeloteh ‘itu kompetisi di Jepang ya Bel???’ waduh, saya nggak tahu. Usut diusut ketika akhirnya kami melihat acaranya di TV dan melihat embel-embel AFF di depannya kami langsung dong, ternyata ini ajang sepak bolanya ASEAN yang sebelumnya dikenal dengan Piala Tiger. Bukannya hilang rasa aneh saya, saya malah marah-marah. Ya gimana tidak, ini kan pertandingan Asia Tenggara kok sponsornya Asia Timur sih, kayak nggak ada perusahaan bonafit asia tenggara yang mau mensponsori aja. Menurut saya kalo levelnya merek asia Timur yang itu kan, di Asia Tenggara juga banyak, ada lah. Saya langsung inget list yang saya buat kemarin tentang perusahaan Asia Tenggara yang tergolong aktif di regionalnya. Ada Tiger yang menjadi sponsor sebelumnya, San Miguel, Air Asia dan maskapai penerbangan lain, Bank-bank, Provider, dan produsen makanan yang networknya sangat luas di Asia Tenggara. Kenapa tidak embrace mereka saja. Mungkin kita bisa mencontoh ABL (ASEAN Basketball League) yang sponsornya adalah AirAsia, perusahaan penerbangan dari Malaysia dan memberikan tag line konpetisi tersebut dengan ‘especially in the ASEAN region’. Begitu juga kalo kita lihat EPL yang menggunakan Barclays sebagai sponsor utama. Intinya terlepas dari globalisasi yang sangat signifikan dalam bisnis sepakbola, seharusnya tetap ada unsur local community-nya terutama dalam ajang regional seperti ini. Terlebih ASEAN sendiri sedang berusaha membangun ASEAN Community 2015 yang pada prinsipnya melibatkan semua sektor di asia tenggara dan memastikan mereka diuntungkan dari ASEAN Community ini (ASEAN Charter, Chapter 1, Article 1:13). Gambaran Suzuki sebagai sponsor utama justru memperlihatkan proyek ASEAN yang saat ini memang sedang gencar dilakukan dan yang saya khawatirkan menenggelamkan ASEAN Community Building dengan East Asian Community building yang mencakup ASEAN plus 3. Kita tidak pernah tahu jika pada akhirnya komunitas yang kedua itulah yang terwujud. Dalam miniatur AFF 2010 sudah terlihat gejala kecil jika kita melihat papan sponsor yang mengelilingi lapangan dan mendapati sebagian besar sponsor utama didominasi oleh perusahaan Asia Timur antara lain Samsung, Konika, Toshiba, Nikon, Hyundai, Makita, Toto, Family mart, dan EPSON. Sementara itu hanya ada dua perusahaan Asia Tenggara yang berkontribusi yaitu Mobifone dan HAGL Group yang keduanya berasal dari Vietnam dan dimungkinkan karena Vietnam sedang menjabat sebagai ketua ASEAN. Oleh karena itu sangat disayangkan jika ajang ini sudah cukup berhasil mengenalkan satu negara ASEAN ke negara lainnya, membangun sense of community tetapi dalam level yang implisit, masih merugikan aktor lainnya.

Discussion

2 thoughts on “Construction of Southeast Asia in AFF Cup 2010

  1. hidup Indonesia!! pasti jadi juara di AFF cup 2010

    Posted by ian | December 9, 2010, 2:45 am
  2. ya, we will =)

    Posted by bela pertiwi | December 9, 2010, 4:30 am

Leave a reply to ian Cancel reply

Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 11 other subscribers